Jumat, 25 September 2015

Pemilik Tambal Ban & Relawan Motor Pustaka

Tak pernah saya duga, minggu ini saya kedatangan tamu seorang relawan sekaligus penggagas program "Galang Belajar & Motor Pustaka". Awalnya saya sering kontak-kontak via Facebook dengan salah seorang relawan bernama Eko dari Yayasan Kampoeng Pintar Jepara, yang kebetulan minggu ini ada di Jakarta atas undangan dari program Perpuseru (Coca Cola Foundation) dan kementrian pendidikan & budaya. Mas Eko ini tidak sendirian, ada beberapa kawan dari relawan lain dari beberapa daerah. Salahsatunya Mas Sugeng Hariyono dari Kalianda Lampung Selatan.

Hari Rabu 23 September, saya kontak Mas Eko untuk singgah di Kampung Teknologi Foundation Depok. Beberapa kali saya kirim pesan via inbox Facebook dan diteruskan lewat WhatsApp, Mas Eko dan kawan-kawan berencana janji datang agak sorean setelah acara di daerah Klender. Akhirnya batal datang karena sempat nyasar alamat yang saya kirim via WhatsApp dikenali sebagai daerah di Salemba. Ternyata salah komunikasi, dikiranya RS Brimob itu ada di Salemba. Selain itu Mas Eko juga harus balik lagi ke kota asalnya di Jepara pada pukul 4 sore.

Hari Kamis 24 September, saya iseng invite temennya Mas Eko yang bernama Mas Anton. Tidak selang berapa lama, pertemanannya langsung disetujui. Saya yang sebelumnya sudah bertemanan di Facebook dengan Mas Sugeng Hariyono, langsung kirim pesan ke inbox-nya Mas Anton. Dari obrolan di inbox, Mas Anton ini juga ternyata dari Jawa Timur dan baru menyelesaikan kuliah S1 di UI jurusan Ilmu Perpustakaan & Informasi (CMIIW). Dan yang tidak disangka lagi, Mas Anton ini juga tinggal di Kp.Areman cuma beda RT & RW. Balas-membalaspun langsung berujung janjian untuk main, dan saya langsung minta saja Mas Anton yang singgah ke KTF.

Saya lebih terkejut lagi, ternyata Mas Sugeng Hariyono sudah satu malam menginap di rumah Mas Anton. Gayung bersambut, saya minta sekalian suruh ngajak untuk singgah di tempat saya (KTF). Waktu sudah sore, hampir menjelang magrib. Akhirnya saya kedatangan tamu Mas Anton dan Mas Sugeng Hariyono, saya sambut dengan bangga. Karena belakangan saya mengetahui kalau Mas Sugeng Hariyono ini pernah menjadi salahsatu bintang iklan Aqua untuk program Bagaikan Air (www.bagaikanair.com). Akhirnya kita ngobrol di Learn & Work Corner KTF Depok sambil ditemani kopi + gorengan.

Banyak kisah perjalanan Mas Sugeng Hariyono yang sangat menyentuh hati, mulai dari beliau merantau ke Kalianda Lampung Selatan dari daerah asalnya yaitu Ponorogo, Jawa Timur. Hingga beliau berbekal motor bekas yang dibeli atas hasil uang tabungan dan membeli buku-buku bekas hanya untuk menebar virus literasi. Ya literasi atau lebih dikenal dengan perpustakaan, semangat beliau perlu kita ajungkan dua jempol. Ditengah keterbatasan ekonomi dan sebagainya, Mas Sugeng tetap semangat untuk menjalankan perpustakaan keliling dengan sepeda motor yang dikenal dengan istilah Motor Pustaka.

Mas Sugeng yang baru dua tahun merantau di Lampung Selatan dan bekerja sebagai tambal ban, pada awalnya kaget melihat kondisi lingkungan sekitanya yang kurang paham akan dunia literasi (perpustakaan). Saya juga menyadari bahwa buku atau membaca buku adalah sumber ilmu pengetahuan. Jadi perpustakaan adalah sarana penting yang harus ada dibeberapa daerah, termasuk yang diupayakan oleh Mas Sugeng Hariyono. Setiap hari melayani warga yang hanya sekedar ingin membaca atau meminjam buku-buku yang dijajakan lewat sepeda motor.

Tak terasa obrolan semakin jauh, setelah Sholat magrib kami melanjutkan obrolan dengan Mas Sugeng Hariyono. Ditambah lagi ada beberapa temannya Mas Anton yang datang juga, kami ngobrol sambil internetan yang kebebulan akses internet di KTF sangat bagus. Saya melihat Mas Sugeng Hariyono ditempat saya lagi sibuk online terus, maklum katanya di daerah tinggalnya sana internetnya kurang bagus koneksinya dan harus pergi ke warnet yang lumayan jauh. Saya sengaja diskusi panjang lebar dengan Mas Sugeng Hariyono ini, agar bisa mensinergikan antara kegiatan sosial perpustakaan dan kegiatan sosial teknologi informasi yang saya kelola (KTF). Saya berharap bisa membantu Mas Sugeng Hariyono beberapa set komputer multimedia (notebook) dan koneksi internet untuk menunjang kegiatan yang sudah berjalan. Akhirnya kami ngobrol sampai pukul 11 malam, kami janjian kembali agar besoknya Mas Sugeng Hariyono berkantor seharian di KTF agar bisa berkoordinasi dengan rekan-rekan partner atau calon donatur mumpung ada koneksi internet.

Catatan ini sekedar berbagi cerita dengan orang-orang telah memberikan inspirasi kepada kita semua. Jika ada kata-kata yang salah dan kesamaan nama, mohon dimaafkan. Intinya, keterbatasan bukan berarti kita tidak tergerak untuk beramal (berbuat sesuatu untuk perubahan yang positif).


Rabu, 09 September 2015

Makan Nasi Jagung, Rupiah Menguat

Makan nasi Jagung, Upaya Kecil Untuk Memperkuat Nilai Tukar Rupiah.

Ditengah menurunnya nilai mata uang Rupiah terhadap US dolar, pemerintah menganjurkan untuk mencintai produk-produk dalam negeri. Mulai dari penggunaan mata uang uang Rupiah dalam setiap transaksi, menggunakan segala kebutuhan pokok (sembako) produk dalam negeri hingga kebutuhan hiburan harus produk dalam negeri. Apapun harus produk dalam negeri, saya jadi ingat tagline iklan sebuah produk di stasiun TV yang berbunyi "Cintailah produk-produk Indonesia".

Menurut saya sebagai rakyat biasa, menurunnya nilai tukar mata uang Rupiah saat ini disebabkan banyak faktor (seperti yang saya lihat di TV). Dan tidak hanya Indonesia saja, negera-negara lain juga terkena dampaknya. Sehingga seluruh rakyat Indonesia wajib dan harus ikut juga dalam usaha untuk menguatkan kembali nilai tuker Rupiah.

Sudah dua minggu ini, saya mencanangkan untuk makan nasi jagung minimal sekali dalam seminggu. Memang secara tidak langsung tidak akan berdampak apa-apa terhadap penguatan rupiah. Tapi kalau saya lihat situasi saat ini : nilai Rupiah terpuruk, banyak petani padi terancam gagal panen, stok beras nasional semakin sedikit dan ditambah pula rencana untuk impor beras. Jelas, semakin banyak impor tentu Rupiah akan sangat sulit bergerak menguat. Menurut saya harusnya kondisi saat ini perbanyaklah ekspor bukan impor. Produk Jagung banyak ditemukan dibeberapa wilayah di Indonesia, bahkan sampai surplus atau di ekspor (setahu saya di propinsi Gorontalo, CMIIW). Jagung juga menjadi bahan makanan pokok beberapa daerah. Dari segi kesehatan, menurut informasi yang saya peroleh, Jagung memiliki kadar gula yang rendah dibandingkan nasi beras putih.

Tentunya setiap warga, punya cara masing-masing untuk membantu pemerintah dalam mengatasi situasi seperti ini. Saya juga memberikan apresiasi terhadap Kota Depok dan Bandung yang telah mencanangkan program "One Day No Rice". Semoga disusul oleh kota-kota lain. Program diversifikasi pangan selain Jagung, tentunya masih banyak alternatif lain seperti singkong, kentang dan umbi-umbian. Mari kita dukung segala program untuk ketahanan dan kemandirian pangan nasional.
Ini hanya sebuah catatan biasa, tidak ada maksud tertentu. Kalau ada kesalahan, mohon dimaafkan.

Minggu, 06 September 2015

Pekerja Bangunan-pun Pengin Belajar Komputer


Disela-sela kegiatan liputan DAATV di Kampung Teknologi, saya menerima tamu yang mengaku bernama Heru. Saya langsung mempersilakan tamu saya itu untuk masuk ke ruang kerja, "Silakan duduk mas, ada yang bisa dibantu?", saya memulai perbincangan. "Saya kesini mau menanyakan soal belajar komputer gratis pak", jawab tamu saya itu.

Kemudian saya menjelaskan kalau disini memang tempatnya belajar komputer gratis, mulai dari mengerjakan tugas sekolah hingga nge-print-pun gratis. "Apakah sebelumya pernah
belajar komputer mas?", saya bertanya lagi. "Pernah pak, saya pernah belajar photoshop dan ngetik trus di kirim email di sekolah master", jawab tamu saya. "Oh iya mas, saya
tahu sekolah master (masjid terminal, teman saya jg ada disitu ngurusi labs.komputernya", jelas saya. "Kalau boleh tahu pekerjaan mas sekarang apa", tanya saya. "Saya pekerja bangunan pak, saya ingin belajar autocad dan coreldraw, pokoknya yang berhubungan dengan gambar desain rumah", jawab tamu saya itu dengan lengkap. Saya sedikit kaget mendengar jawaban dari tamu saya itu, walaupun pekerja bangunan tapi tetap semangat ingin bisa komputer.

"Kalau begitu, mas tolong isi data-data dulu di formulir ini", perintah saya. Kemudian saya menyodorkan selembar formulir data pribadi ke tamu saya itu, dari situ saya jadi tahu kalau nama tamu saya itu adalah Heru Purnomo.
Mas Heru ini tinggal di Kp.Rumbut, Pasirgunung Selatan yang tidak jauh dari Kampung Teknologi. Awalnya mengetahui belajar komputer gratis dari spanduk yang terpasang di depan komplek otorita Batam sebulan yang lalu, namun Mas Heru baru sempat datang kemari.
Mas Heru juga menjelaskan ingin menambah belajar komputer di Kampung Teknologi, karena jam belajar di sekolah master di pindah sehingga bentrok dengan pekerjaan. Saya juga menjelaskan kalau ingin belajar komputer berjadwal dengan materi tertentu, agar mengajak temannya sekalian.

Pas kebetulan banget ada syuting liputan dari kru DAATV, Mas Heru pun bersedia untuk di wawancarai. Kata kru DAATV tayang liputan di Kampung Teknologi hari Senin 07 September 2015 pukul 09.00 WIB, coba nanti kita lihat hasil wawancara Mas Heru dan juga tim Kampung Teknologi.
Sambil menunggu syuting liputan selesai, saya juga menyempatkan untuk memperkenalkan aplikasi coreldraw kepada Mas Heru. Saya melihat Mas Heru ini ternyata sudah cukup bisa untuk mengoperasikan komputer, tidak terlalu gaptek-lah.
Menjelang waktu Magrib tiba dan sebelum berpisah dengan kru DAATV, kami menyempatkan dulu untuk berfoto bareng dengan anak-anak yang tergabung di Kampung Teknologi termasuk Mas Heru. (Belakang, samping kameraman).

Sebuah Semangat, Belajar Tidak Mengenal Batasan Usia

Ketika saya masih sibuk rutinitas pekerjaan sehari-hari, datanglah seorang tamu yang boleh dibilang seumuran orang tua saya sendiri. "Assallamu'alaikum, permisi", ucapan bapak tadi yang terdengar pelan diluar. Saya langsung bergegas menuju pintu sambil mengucap "Wassalam, iya pak ada yang bisa saya bantu?", jawab saya yg sambil mempersilakan tamu saya untuk masuk dan duduk dikursi tempat biasa untuk ngajar pelatihan komputer. "Apa benar disini tempat belajar komputer gratis", tanya bapak tadi dengan agak keraguan. "Iya pak", tegas saya. "Bapak tahu informasinya dari mana?", tanya saya sambil ingin memastikan saja. "Saya tahu dari spanduk yang dipasang di depan komplek perumahan", jawab bapak tadi. "Sebenarnya saya sudah lewat sini dari jam dua-an, cuma saya muter-muter lagi sambil ngobrol di pangkalan ojek nunggu sampai jam 3", bapak tadi memperjelas lagi. Saya pun membenarkan ke tamu saya, kalau memang tim kita yang memasang spanduk tersebut. Sampai saat ini spanduk tersebut sudah mengantarkan tiga orang bapak-bapak ke tempat saya untuk bertanya tentang belajar komputer gratis. Dan Alhamdulillah dua orang sudah belajar di tempat saya, yang pertama pensiunan TNI AL dan yang kedua bapak yang ini.
Tanpa saya memulai perkenalan, bapak tamu saya ini memperkenalkan dirinya. Beliau ini tinggal di daerah Cijantung dan pekerjaan sehari-hari membantu anaknya yang bekerja disebuah perumahan cluster di daerah muncul, cibubur. Beliau adalah pensiunan dari perusahaan BUMN angkutan umum yang beroperasi di ibukota Jakarta. Tanpa saya mintapun, beliau bercerita panjang lebar mengenai pengalaman pekerjaannya yang sudah digelutinya selama hampir 25 tahun. Bahkan masalah keluarga pun juga diutarakan dengan seksama, mulai dari mengurus pengobatan anaknya di Kediri, sampai Jogorogo (lumayan dekat dengan kampung saya) bahkan sampai ke ponari yang di Jombang. Juga sampai mencarikan kampus buat anaknya yang akhirnya diterima dikampus di daerah Bambuapus dengan gratis tanpa biaya.
Ketika saya bertanya "motivasi bapak belajar komputer apa pak?", bapak tadi menyebutkan ingin membantu pekerjaan anaknya. Katanya kalau bapak tadi sudah bisa komputer, anaknya nanti disuruh belajar komputer disini juga sedangkan bapaknya gantian jaga di tempat kerjaan. Sebuah semangat yang luar biasa sekali, walaupun usia sudah tua tapi semangatnya masih tinggi untuk bisa. Beliau juga menceritakan agar tidak kalah gaul dengan teman-temannya yang sudah bisa komputer. "Sebelumnya bapak sudah pernah belajar komputer", tanya saya lagi. "Belum mas, saya mau belajar dari awal", jawabnya. "Saya ingin belajar ngetik pakai word dan ngirim nya pakai google", beliau menegaskan kembali. Saya sedikit tersenyum dengan pernyataan bapak tadi yang terakhir, dalam hati saya berkata, bapak ini sudah tahu juga google cuma belum tahu fungsinya.
Setelah obrolan perkenalan, walaupun saya belum tahu nama bapak yang ini. Akhirnya saya sempatkan dulu untuk mengajar bapak ini dasar-dasar pengoperasian komputer (notebook). Mulai dari menyalakan, shutdown, sleep, restart sampai membuat folder dengan nama bapak ini. Dari situlah saya baru tahu nama bapak ini adalah Amir. Saya juga mengajarkan tata cara mengelola file yang baik, melihat dokumen, foto dan video. Walaupun ditengah-tengah pembelajaran awal ini, bapak Amir banyak pertanyaan, saya berusaha menjelaskan dengan sabar dan bagaimana agar bisa dimengerti oleh bapak Amir. "Mas, saya ingin jemput anak saya dulu, jadi nanti diterukan lagi belajarnya", pinta bapak Amir. Memang tak terasa sudah satu jam lebih, untuk belajar tahap pertama saya rasa sudah cukup. Beliau juga minta agar waktu belajarnya bisa lebih awal misalkan pagi. "Boleh pak, untuk belajar berikutnya nanti dengan tim saya saja, silakan janjian via SMS", saya pun menegaskan kembali. Sebelum berpamitan bapak Amir pun dengan ikhlas mendo'akan keluarga saya.

Pelatihan Utak-atik PC dikota "Hujan" Bogor

Berikut ini adalah juga catatan saya yang tersimpan cukup lama,

Rabu 29 Januari 2003
Hari ini para instruktur pada kumpul semua di redaksi, karna kita dapat undangan ke markasnya Intel Indonesia pukul 1 siang. Sesuai rencana workshop audio & video editing yang kerja bareng sama Intel, jadi kita ngebahas persiapan worshop seperti penentuan software audio videonya. Kantor intel yang terletak di kawasan Sudirman. Nama gedungnya juga lupa, di lantai 6 dekat kantornya BPPN dingin banget ruangan di perkantoran ini. Kami di sambut Pak Munir yang ngurusi Intel Indonesia dan Pak David marketingnya dan langsung ngebahas soal workshop tersebut. Di sini kami tak begitu lama karna nanti saya sendiri dan Irwan harus berangkat ke Bogor untuk nangani workshop yang rencananya di gelar selama 3 hari. Sekitar 1 jam kami segera balik lagi ke kantor, di kasih oleh-oleh dari intel sebuah CD tentang teknologi HT kenapa nggak di bagikan prosesor satu-satu ya!. Pukul 3 sore saya sudah standby di kantor nunggu jemputan dari Bogor katanya sih di jemput pake mobil pribadi Kijang baru kali!

Setengah empat sore jemputan sudah datang yang jemput malahan ketua pelaksananya sendiri mas Agung. Barang –barang segera kami naikan ke mobil, pake mobil kotak jaman orde lama taapi nggak apa yang penting selamat sampai tujuan. Kebetulan wakil promosi yang ikutan ke bogor adalah ruli redaksi katang nanti nyusul belakangan. Kota Bogor bagi saya tidak terlalu asing karna selain jaraknya nggak terlalu jauh dulu juga sering dating ke kota ini. Kalau dari tempat tinggalku sekarang bahkan bias di tempuh selama 15 menit naik KRL, Tapi kalu naik mobil sekitar 1 jam. Sepanjang perjalanan saya hanya diam dan terlelap tidur mungkin capek karna aktivitas kemarin yang seabrek. Gak usah basa-basi akhirnya saya sampai di kota Bogor yang terkenal kota Hujan hampir menjelang senja. Suasana gelap menyelimuti kota bogor hanya lampu kota yang bersinar menggantikan sang mentari. Kami langsung menuju lokasi workshopnya di SMU 5 bogor untuk ngecek segala persiapan untuk acara besok, sepertinya tidak ada kendala karna barang promosi dari vendor juga sudah datang semua. Kami memutuskan untuk check in yang kebetulan di sewakan penginapan nggak jauh dari lokasi paling 4 menit jalan kaki. Mungkin rasa capek masih terasa,tak sadar kami langsung tidur terlelap. Besoknya harus bangun pagi banget nyiapin workshop.

Kamis 30 januari 2003
Sebelum acara workshop dimulai di adakan dulu pembukaan ynang di hadiri walikota bogor dan para tamu undangan. Bagi saya ini mungkin pengalaman pertama memandu acara workshop jadi wajar jika sesi pertama ini agak nervous dikit takut salah ngomong. Tapi kendala itu bias saya lalui dengan mulus terbukti workshop hari pertama sukses. Kalau di lihat dari minat para peserta workshop kali ini sepertinya melampuhi target, bahkan hari pertama berlangsung masih ada yang daftar. Total peserta yang saya ketahui mencapai 350 peserta, mengingat biaya workshop di kota yang terkenal dengan Asinan Bogor jauh lebih murah di bandingkan Jakarta misalnya. Hari pertama nggak ada kendala berarti, sorenya kami langsung ke penginapan tapi sempat kami belanja dulu dan makan malam.

Jumat 31 januari 2003
Pergi –pulang sudah terbiasa jalan kaki,karena nggak ada yang jemput disamping jaraknya nggak terlalu jauh. Memasuki hari kedua pelaksanaan workshop kali ini tidak jauh beda dengan hari pertama. Biasa biasa saja, semua berjalan mulus sesuai rencana yang telah di atur. Sudah dua hari di kota bogor kami tak sempat jalan-jalan keliling kota,mungkin waktu yang tak tersedia atau setelah workshop capek jadi sorenya kami langsung tidur.

Sabtu 01 Februari 2003
Tak terasa hari terakhir kami menggelar workshop di bogor. Menurut rencana setelah hari terakhir ini kami langsung balik ke Jakarta. Jadi pagi pagi sambil berangkat sekalian check-out. Hari terakhir workshop turun hujan gede banget,mungkin sudah sesuai julukan kota ini. Waktu tak bisa di hentikan dan kamipun harus berpisah dengan orang –ornag bogor yang ramah,lain kali kalau ada waktu pasti kami menggelar acara serupa. Kami pulang ke Jakarta di antar oleh panitia naik mobil aja!dari bogor sudah menunjukan pukul 09 malam jadi nanti nyampe Jakarta bisa tengah malam. Kami harus mengucapkan terimakasih di antar kerumah masing masing. Sayangnya kami tak begitu berkesan selama di bogor karna gak sempat jalan-jalan dan menikmati makanan khas kota ini.

Pelatihan Utak-atik PC dikota "Angso Duo" Jambi

Tulisan ini sudah lama tersimpan jauh sebelum saya mengenal blog dan sosial media :

Rabu,02 Juni 2004
Selamat Datang Di “Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”, barang kali itulah ucapan kata selamat ketika saya menginjakan kaki ditanah Jambi. Tulisan itu terpampang dipintu gapura bandara Sultan Thaha. Setelah hampir menempuh perjalanan sekitar 50 menit dari Jakarta menggunakan pesawat Mandala Airline, tepat pukul 12.00 WIB peasawat dibandara. Ketika baru datang perasaan saya kangen akan makanan khas Jambi seperti mie celor, kedatangan saya kali ini mungkin yang kedua kalinya. Tepat bulan juni tahun lalu saya juga ada tugas di Jambi hanya lokasinya yang berbeda yakni di STIMIK Nurdin Hamzah. Jadi saya nggak begitu asing akan tanah Jambi. Hawa panas menyelimuti seiring keramain suasana dibandara, kebetulan di Jambi lagi musim panas. Saya datang ke Jambi tidak sendiri, dari kru PCplus ada empat orang ditambah satu orang lagi dari perwakilan PCplus Surabaya. Di bandara sudah menunggu jemputan dari pihak panitia yaitu STIKOM Dinamika Bangsa yang dikomando oleh bapak Dodo beserta kru-krunya. Setelah pengurusan bagasi beres, segera meluncur ke kampus tempat dilaksanakannya kegiatan. Jarak dari bandara kekampus STIKOM yang beralamatkan di Jl.Jenderal Sudirman Thehok tidaklah jauh, mungkin 10 menit dari bandara. Hari ini mungkin ada persiapan untuk acara besok. Kegiatan kali ini direncanakan selama dua hari yakni tanggal 03-04 juni 2004, materi yang akan diulas ada dua pokok bahasan. Masih seputar merakit PC+instalasi Linux dan Audio Video editing sederhana.

Setelah bersilaturahmi Di STIKOM, kami diajak makan siang di rumah makan masakan padang “Gantino Baru” di Jl.Jenderal Sudirman No.1 daerah Thehok juga. Pukul 03.00 saya segera melaju ke hotel jambi raya untuk istirahat setelah capek dalam perjalanan. Kali saya tidak sempat istirahat, karena saya ada janjian mau ketemu anak-anak STIMIK Nurdin Hamzah panitia workshop tahun lalu. Saya diantar jalan-jalan kota jambi, pertama saya main kekampusnya untuk bersilahturahmi dengan relasi dan temen-temen semua. Selang bebrapa menit akhirnya saya jalan-jalan ke Ancol makan jagung baker dan es tebu. Ancol di Jambi bukanlah seperti Ancol di jakarta dipinggir laut yang saya kenal. Tempat ini lokasinya dipinggir sungai Batanghari dekat rumah dinas Gubernur Jambi. Disepanjang Ancol banyak yang berjualan jagung bakar dan es tebu, rata-rata pengunjung hanya untuk sekedar melepas lelah. Menurut saya tempatnya tidak terlalu interest, usut punya usut ternyata di dalam Kota Jambi sendiri memang tidak ada obyek wisata yang menarik. Dari pengamatan saya ada beberapa perubahan kota Jambi, seperti dibangunnya ITC dekat Ancol dan jembantan Makalam yang baru diresmikan sebulan yang lalu. Hari makin sore desir angina dingi semakin terasa menusuk tulang kalbu, pukul 05.00 saya memutuskan untuk kembali ke hotel yang tidak terlalu jauh dari Ancol. Lokasi Hotel Jambi Raya sendiri dipusat keramain kota, akses kepusat pembelajanaan sangat mudah. Seperti didepan persis berdiri megah Hotel Novotel jambi, Matahari depatemen store, dan Plaza Abadi yang berjarak sekitar 100 meter.

Briefing teknis pelaksanaan workshop sendiri diadakan malam harinya. Hanya persiapan peralatan yang digunakan, kebetulan seperangkat computer didatangkan dari Astrindo Jakarta. Malam semakin larut, sekitar pukul 08.00 diajak makan malam di rumah makan Hawa Jaya 2 di jalan Sultan Agung No.10. sepintas saya perhatikan rumah makan ini sederhana, dari fisik bangunan terlihat sudah kuno kira-kira umurnya sudah hampir 50 tahun. Bahan yang menyusun bangunan ini hampir seluruhnya dari kayu, walau bergaya kuno ala tahun 50an, tapi masih terlihat kokoh berdiri. Dari menu yang disediakan juga komplit seperti mie celor, lenggang, soto, sate dan lainnya. Hampir pukul 10 malam, memutuskan untuk istirahat di hotel, karena kegiatan besok akan dimulai.


Sabtu, 05 September 2015

Uber Taxi, solusi transportasi masa kini

Pada hari Kamis 20 Agustus, saya berkesempatan mengendarai Uber taksi dari SCTV tower ke Graha Cijantung Mall. Awalnya iseng saja dan penawasaran ingin coba-coba setelah beberapa teman cerita tentang layanan taksi ini yang beda dengan layanan taksi lainnya.

Memang dari segi kemudahan dalam order taksi yg melalui smartphone, juga karena pertimbangan harga yang kompetitif dibanding dengan taksi lain. Demam layanan transport semacam Go-jek dan Grab Bike yang lagi melanda Ibukota Jakarta,
turut menambah rasa penasaran saya. Walaupun sampai saat ini belum pernah merasakan layanan Go-Jek, padahal aplikasi Go-Jek sudah sukses terinstall di iPhone saya sejak dua minggu lalu. Ditambah pula, hampir tiap minggu ada rutinitas
meeting dengan calon klien di area Sudirman dan sekitarnya, sedangkan saya tinggal di Depok. Biasanya saya kalau ada jadwal meeting selalu naik taksi dari daerah sekitar Graha Cijantung Mall, sekali jalan bisa menghabiskan biaya 100an ribu belum termasuk
makan siang dan minuman. Nah, pas kemarin saya dijalan naik taksi dari Graha Cijantung Mall menuju SCTV tower, iseng pasang aplikasi UBER taksi di iPhone. Tidak lama setelah registrasi dengan memasukan nama, e-mail, no.HP dan no.CC,
aplikasi tersebut berhasil sukses terinstall. Setelah saya bayar argo taksi seharga 98ribu ditambah 8500 untuk tol, segera saya menuju lokasi meeting. Sambil utak-atik aplikasi Uber, karena nunggu calon klien yang belum datang juga.

Yang ditunggu-tunggu telah tiba, walaupun sempat ragu karena beberapa kali saya utak-atik terus aplikasi Uber taksi tersebut. Saya bisa memantau armada Uber taksi memang ada beberapa yg disekitaran SCTV tower (sency).
Akhirnya memutuskan untuk mencoba layanan taksi ini. Setelah berhasil order, 4 menit kemudian armada Uber taksi tiba. Tepat pukul 03.29 pm saya langsung pede naik saja, karena memang setelah order kita tahu nama driver dan nomor plat mobil yg saya order.
"Pak, nanti lewat jalan layang flyover antasari saja". Pak driver bergegas memutar balik di sekitaran Plaza Senayan sesuai permintaanku tadi. Pembicaraanpun mulai saya buka, "Pak, sudah berapa lama gabung di Uber taksi?". "Baru sekitar 5 bulanan pak", jawab pak driver.
"Tinggal dimana pak?", tanyaku lagi. "Di Depok pak", lanjut pak driver. Saya langsung celetuk, "Wah sama pak, saya juga di Depok. Saya tinggal dekat Asrama Brimob Kelapa Dua". Rasa penasaran akan Uber taksi semakin dalam,
setelah pak driver selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Dengan berani saya bertanya : "Pak, selama gabung di Uber taksi, apakah ada intimidasi dari taksi lainnya?". Pak driver kemudian menjadwab: "Tidak ada pak, cuma waktu itu
memang ada masalah yang sempat rame di berita tapi sudah diselesaikan. Saya pun menegaskan ke pak driver, bahwa layanan taksi seperti Uber inilah yang akan menjadi tren mendatang. Karena selain order gampang cukup lewat aplikasi di
smartphone juga harganya yang ramah dikantong tentu dengan fasilitas yang sama. Pak driverpun meng-iya-kan, beliau menambahkan kalau Uber taksi sudah ada di Bandung dan Bali. "Pak, kalau driver Go-Jek dibekali smartphone ZTE dan kartu
Simpati. Kalau driver Uber pakai apa pak?". Dengan cepat pak driver menjawab:"iPhone pak", saya pun jadi terkejut. Memang katanya setiap driver Uber dibekali dengan smartphone dari iPhone seri 4 dan kartu Mentari, semua itu harus dicicil tiap bulan kata pak driver.
Tak terasa setelah beberapa perbincangan kecil dengan pak driver, selang 45 menit kemudian lokasi tujuan hampir tiba. Walaupun banyak pembicaraan yang tidak saya tulis disini, intinya pertama kali naik Uber taksi sangat terkesan sekali.

Sebelum tiba dilokasi, saya pun memastikan lagi tanya ke pak driver. "Pak, untuk payment nanti langsung di debit ke CC ya?". "Iya pak, bahkan biaya tol tadi juga langsung ditambahkan", jawab pak driver. Tepat berhenti di seberang McD Graha Cijantung Mall, pak driver menegaskan lagi
ke saya bahwa order saya sudah di off-kan sampai titik tujuan, nanti biayanya akan dirinci via e-mail. Sebelum keluar mobil saya sempatkan bilang terimakasih dan semoga bertemu lagi, sambil memberikan uang tips yg saya anggap sebagai pengganti biaya tol tadi.

Keesokan harinya, saya membuka e-mail dan benar bahwa record order perjalanan saya dengan Uber taksi sudah ada informasinya. Disitu tertulis biaya total Rp61.000 dan dibayar dengan kode promosi yang tempo hari saya dapat dari teman yg pernah naik Uber taksi.
Artinya bayar nol, karena setiap memasukan kode promosi dari teman akan dihargai sebesar Rp.75.000. Kalau anda pengin pakai kode promosi saya silakan : harjiantoaue.

Ads Inside Post