Hari Rabu 23 September, saya kontak Mas Eko untuk singgah di Kampung Teknologi Foundation Depok. Beberapa kali saya kirim pesan via inbox Facebook dan diteruskan lewat WhatsApp, Mas Eko dan kawan-kawan berencana janji datang agak sorean setelah acara di daerah Klender. Akhirnya batal datang karena sempat nyasar alamat yang saya kirim via WhatsApp dikenali sebagai daerah di Salemba. Ternyata salah komunikasi, dikiranya RS Brimob itu ada di Salemba. Selain itu Mas Eko juga harus balik lagi ke kota asalnya di Jepara pada pukul 4 sore.
Hari Kamis 24 September, saya iseng invite temennya Mas Eko yang bernama Mas Anton. Tidak selang berapa lama, pertemanannya langsung disetujui. Saya yang sebelumnya sudah bertemanan di Facebook dengan Mas Sugeng Hariyono, langsung kirim pesan ke inbox-nya Mas Anton. Dari obrolan di inbox, Mas Anton ini juga ternyata dari Jawa Timur dan baru menyelesaikan kuliah S1 di UI jurusan Ilmu Perpustakaan & Informasi (CMIIW). Dan yang tidak disangka lagi, Mas Anton ini juga tinggal di Kp.Areman cuma beda RT & RW. Balas-membalaspun langsung berujung janjian untuk main, dan saya langsung minta saja Mas Anton yang singgah ke KTF.
Saya lebih terkejut lagi, ternyata Mas Sugeng Hariyono sudah satu malam menginap di rumah Mas Anton. Gayung bersambut, saya minta sekalian suruh ngajak untuk singgah di tempat saya (KTF). Waktu sudah sore, hampir menjelang magrib. Akhirnya saya kedatangan tamu Mas Anton dan Mas Sugeng Hariyono, saya sambut dengan bangga. Karena belakangan saya mengetahui kalau Mas Sugeng Hariyono ini pernah menjadi salahsatu bintang iklan Aqua untuk program Bagaikan Air (www.bagaikanair.com). Akhirnya kita ngobrol di Learn & Work Corner KTF Depok sambil ditemani kopi + gorengan.
Banyak kisah perjalanan Mas Sugeng Hariyono yang sangat menyentuh hati, mulai dari beliau merantau ke Kalianda Lampung Selatan dari daerah asalnya yaitu Ponorogo, Jawa Timur. Hingga beliau berbekal motor bekas yang dibeli atas hasil uang tabungan dan membeli buku-buku bekas hanya untuk menebar virus literasi. Ya literasi atau lebih dikenal dengan perpustakaan, semangat beliau perlu kita ajungkan dua jempol. Ditengah keterbatasan ekonomi dan sebagainya, Mas Sugeng tetap semangat untuk menjalankan perpustakaan keliling dengan sepeda motor yang dikenal dengan istilah Motor Pustaka.
Mas Sugeng yang baru dua tahun merantau di Lampung Selatan dan bekerja sebagai tambal ban, pada awalnya kaget melihat kondisi lingkungan sekitanya yang kurang paham akan dunia literasi (perpustakaan). Saya juga menyadari bahwa buku atau membaca buku adalah sumber ilmu pengetahuan. Jadi perpustakaan adalah sarana penting yang harus ada dibeberapa daerah, termasuk yang diupayakan oleh Mas Sugeng Hariyono. Setiap hari melayani warga yang hanya sekedar ingin membaca atau meminjam buku-buku yang dijajakan lewat sepeda motor.
Catatan ini sekedar berbagi cerita dengan orang-orang telah memberikan inspirasi kepada kita semua. Jika ada kata-kata yang salah dan kesamaan nama, mohon dimaafkan. Intinya, keterbatasan bukan berarti kita tidak tergerak untuk beramal (berbuat sesuatu untuk perubahan yang positif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar